Pernah
mendengar kata depresi? Saya yakin kata ini sudah sangat populer bahkan sebagian
meyakini sudah pernah merasakannya. Hal ini memang bukan sekedar kabar burung,
dengan berseliwerannya status-status di media sosial yang mengeluhkan perasaan
depresi yang hinggap di dalam dirinya. Tetapi, tidak semua orang benar-benar
memahami artinya. Tak hanya itu, depresi tidak mendapatkan perhatian seperti
yang seharusnya. Orang hanya menganggap depresi adalah penyakit yang biasa pada
manusia. Padahal depresi merupakan penyakit jiwa yang sangat berbahaya.
Depresi
adalah gangguan mood. Kata ”mood” menggambarkan emosi seseorang, serangkaian
perasaan yang menggambarkan kenyamanan atau ketidaknyamanan emosi. Terkadang,
mood diartikan sebagai emosi yang bertahan lama yang mewarnai kehidupan dan
keadaan kejiwaan seseorang.
Meier,
Atterburn dan Minirth, 2000, mengungkapkan bahwa karena datang dan pergi,
mood negatif membuat orang merasa bisa mengatasinya. Namun pada kenyataannya
tidaklah semudah itu. Terkadang kita dikuasai
oleh mood negatif tersebut. Walau dengan berjalannya waktu orang akan merasa
tidak lagi terlalu terganggu oleh mood negative yang lalu di bawah sadar hal
ini mulai memengaruhi kehidupan. Misalnya hubungan kita dengan orang lain maupun
dalam pekerjaan. Keduanya menyimpulkan, “Kita menjadi sulit untuk tersenyum,
sulit untuk memandang sisi yang terang, bahkan sulit untuk mengetahui bahwa
benar-benar masih ada sisi yang terang (Meier et al., 2000).
Tak seperti
emosi yang biasanya berlangsung sementara, emosi terus-menerus menanggapi
berbagai gagasan, kegiatan, dan keadaan sosial yang dihadapi sepanjang hari. Kareba
mood merupakan
perpanjangan
dari emosi yang berlangsung selama beberapa waktu, beberapa jam, beberapa hari
atau bahkan
dalam beberapa kasus depresi sampai beberapa bulan (Meier et al., 2000).
Depresi
secara umum terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
·
Depresi ringan.
·
Depresi sedang.
·
Depresi berat.
·
Gangguan bipolar.
Kata
depresi ini sendiri berkaitan dengan stress. Menurut Dr. Peter Tyler (dalam
Kasuda, 1996) stress adalah perasaan tidak enak yang disebabkan oleh perso[1]alan-persoalan di
luar kendali kita, atau reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan. Sementara itu,
Kamus Psikologi karya Dr. Kartini Kartono dan Dali Gulo (dalam Kasuda, 1996)
mendefinisikan stres sebagai berikut:
1. Suatu
stimulus yang menegangkan kapasitas (daya) psikologi atau fisiologi dari suatu
organisme.
2. Sejenis
frustrasi, di mana aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu
atau dipersulit, tetapi tidak terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai
oleh perasaan was-was (khawatir) dalam pencapaian tujuan.
3. Kekuatan
yang ditetapkan pada suatu sistem berupa tekanan-tekanan fisik dan psikologis
yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi.
4. Suatu
kondisi ketegangan fisik dan psikologis disebabkan oleh adanya persepsi
ketakutan dan kecemasan.
Dengan mengenali gejalanya, depresi akan lebih mudah terdeteksi. Gejala depresi ini bisa kita lihat dari tiga segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis, dan sosial. Menurut beberapa ahli, gejala fisik depresi ini mempunyai rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara garis besar gejala itu seperti:
1. Gangguan
pola tidur. Misalnya, sulit tidur, terlalu banyak
atau terlalu sedikit tidur.
2.
Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi
menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang
lain
seperti menonton TV, makan, dan tidur.
3.
Menurunnya efisiensi kerja. Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan
sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga,
mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan ha-hal
tak perlu seperti misalnya ngemil, melamun, merokok terus-menerus.
Gejala psikis
depresi mempunyai tanda-tanda seperti di bawah ini:
1.
Kehilangan rasa percaya diri.
2.
Sensitif.
3. Merasa
diri tidak berguna.
4. Perasaan
bersalah.
5. Perasaan
terbebani.
Masalah
depresi sendiri biasanya berawal dari diri sendiri pada akhirnya memengaruhi
lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Karena lingkungan
tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada
umumnya negatif (mudah marah,
tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial
yang terjadi biasa nya
berkisar
pada masalah interaksi dengan lingkungan dan rekan kerja. Masalah ini tidak hanya berbentuk koflik, namun masalah lainnya
juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan
merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu
untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun
ada kesempatan.
Jenis-jenis
depresi pun sesungguhnya dapat dikaji lebih medalam dengan keilmuan yang lebih
luas. Hal ini lebih baik melibatkan ahli dalam penentuannya. Dengan mengetahui jelas, dapat dicari penyembuhan yang sesuai. Satu yang penting adalah kesadaran
kita mengenai stress maupun depresi yang kemungkinan melanda diri. Ketika sudah memiliki kesadaran, akan lebih mudah menolong diri baik oleh diri sendiri maupun bantuan ahli.
Wanita
bahkan dengan khususnya memiliki depresinya sendiri. Berpengaruh dari banyak faktor
yang meliputinya. Hal ini menjadikan perempuan rentan depresi. Sebut saja
beberapa kejadian yang hanya dialami wanita yang berpotensi menyebabkan depresi
seperti persalinan, menopause dan lain sebagainya.
Menurut
data yang dihimpun oleh World Bank menyebutkan bahwa prevalensi terjadinya
depresi pada wanita terjadi sekitar 30%, dan pria lebih rendah dengan
hanya 12,6% (Desjarlais, 1995). Radloff dan Rae (1979) berpendapat bahwa adanya
perbedaan tingkat depresi pada pria dan wanita lebih ditentukan oleh faktor
biologis dan lingkungan.
Lebih
banyaknya jumlah wanita tercatat mengalami depresi bisa juga disebabkan oleh
pola komunikasinya. Menurut Pease & Pease (2001), pola komunikasi wanita berbeda
dengan pria. Jika seorang wanita mendapat masalah,
maka wanita tersebut ingin mengomunikasikannya dengan orang lain dan memerlukan
dukungan/bantuan orang lain, sedangkan pada pria cenderung untuk memikirkan masalahnya
sendirian hingga mendapat jawaban atas masalahnya, pria juga jarang menunjukkan
emosinya sehingga kasus depresi ringan dan sedang pada pria jarang diketahui.
Berikut
adalah beberapa resiko yang ditimbulkan dari depresi, antara lain:
- Bunuh Diri
- Gangguan Tidur: Insomnia dan Hypersomnia
- Gangguan dalam Hubungan
- Gangguan dalam Perkerjaan
- Gangguan Pola Makan
- Perilaku-perilaku Merusak
Lalu apakah cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi depresi? Pada depresi ringan dan sedang, penderita tidak perlu mendapat perawatan medis. Selain itu, depresi ringan dan sedang dapat ditangani sendiri dengan berbagai alternatif penanganan dan pencegahan depresi, misalnya, berolahraga, diet (mengatur pola makan), terapi spiritual dengan cara berdoa.
Berbeda pada
kasus depresi berat, perlu diberikan perawatan medis dengan bimbingan dan pengawasan
dari para ahli, seperti: diberikan obat antidepresan, CBT (Cogniive Behavior
Therapy), terapi Interpersonal, terapi
meningkatkan rasa percaya diri, konseling untuk mengurangi stress sehingga
dapat berkomunikasi lebih baik.
Konseling kelompok
dan dukungan sosial dari pihak terdekat sangatlah dibutuhkan penderita ini.
Karena semakin dalam depresi yang dirasakan akam mengganggu ritme pola hidup. Karena
penderitanya akan mengalami berbagai kesulitan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dengan baik.
Saya merasa bersyukur bisa menemukan buku ini dan membacanya. Karena Reading Challenge ODOP-lah saya membaca dan mendapat ilmu mengenai hal ini. Sebagai wanita yang ternyata memang lebih rentan terkena depresi, minimal menjadi tahu gejala apa saja apabila kita terindikasi menuju depresi. Buku berjudul Depresi: Tinjauan Psikologis Buah karya DR. Namora Lumongga, M.Sc amat sangat memberikan informasi menyeluruh.
Buku ini dapat menjadi panduan bagi psikolog dan psikiater, tetapi juga bagi masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai depresi. Membaca buku ini membuka wawasan saya mengenai depresi. Semoga kesimpulan yang saya tuangkan di laman ini dapat memberi manfaat. Aamiin Allahuma Aamiin.
#RCO9
#OneDayOnePost
#ReadingChallengeODOP9