Jumat, 09 April 2021

DEPRESI: penyebab, gejala, resiko dan penanganannya

 

Pernah mendengar kata depresi? Saya yakin kata ini sudah sangat populer bahkan sebagian meyakini sudah pernah merasakannya. Hal ini memang bukan sekedar kabar burung, dengan berseliwerannya status-status di media sosial yang mengeluhkan perasaan depresi yang hinggap di dalam dirinya. Tetapi, tidak semua orang benar-benar memahami artinya. Tak hanya itu, depresi tidak mendapatkan perhatian seperti yang seharusnya. Orang hanya menganggap depresi adalah penyakit yang biasa pada manusia. Padahal depresi merupakan penyakit jiwa yang sangat berbahaya.

 

Depresi adalah gangguan mood. Kata ”mood” menggambarkan emosi seseorang, serangkaian perasaan yang menggambarkan kenyamanan atau ketidaknyamanan emosi. Terkadang, mood diartikan sebagai emosi yang bertahan lama yang mewarnai kehidupan dan keadaan kejiwaan seseorang.

 

Meier, Atterburn dan Minirth, 2000, mengungkapkan bahwa karena datang dan pergi, mood negatif membuat orang merasa bisa mengatasinya. Namun pada kenyataannya tidaklah  semudah itu. Terkadang kita dikuasai oleh mood negatif tersebut. Walau dengan berjalannya waktu orang akan merasa tidak lagi terlalu terganggu oleh mood negative yang lalu di bawah sadar hal ini mulai memengaruhi kehidupan. Misalnya hubungan kita dengan orang lain maupun dalam pekerjaan. Keduanya menyimpulkan, “Kita menjadi sulit untuk tersenyum, sulit untuk memandang sisi yang terang, bahkan sulit untuk mengetahui bahwa benar-benar masih ada sisi yang terang (Meier et al., 2000).

 

Tak seperti emosi yang biasanya berlangsung sementara, emosi terus-menerus menanggapi berbagai gagasan, kegiatan, dan keadaan sosial yang dihadapi sepanjang hari. Kareba mood merupakan

perpanjangan dari emosi yang berlangsung selama beberapa waktu, beberapa jam, beberapa hari

atau bahkan dalam beberapa kasus depresi sampai beberapa bulan (Meier et al., 2000).

 

Depresi secara umum terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

·          Depresi ringan.

·          Depresi sedang.

·          Depresi berat.

·          Gangguan bipolar.

 

 

Kata depresi ini sendiri berkaitan dengan stress. Menurut Dr. Peter Tyler (dalam Kasuda, 1996) stress adalah perasaan tidak enak yang disebabkan oleh perso[1]alan-persoalan di luar kendali kita, atau reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan. Sementara itu, Kamus Psikologi karya Dr. Kartini Kartono dan Dali Gulo (dalam Kasuda, 1996) mendefinisikan stres sebagai berikut:

1. Suatu stimulus yang menegangkan kapasitas (daya) psikologi atau fisiologi dari suatu organisme.

2. Sejenis frustrasi, di mana aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu atau dipersulit, tetapi tidak terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan was-was (khawatir) dalam pencapaian tujuan.

3. Kekuatan yang ditetapkan pada suatu sistem berupa tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi.

4. Suatu kondisi ketegangan fisik dan psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan.

 

 

Dengan mengenali gejalanya, depresi akan lebih mudah terdeteksi. Gejala depresi ini bisa kita lihat dari tiga segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis, dan sosial. Menurut beberapa ahli, gejala fisik depresi ini mempunyai rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara garis besar gejala itu seperti:

1. Gangguan pola tidur. Misalnya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.

2. Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang

lain seperti menonton TV, makan, dan tidur.

3. Menurunnya efisiensi kerja. Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan ha-hal tak perlu seperti misalnya ngemil, melamun, merokok terus-menerus.

 

Gejala psikis depresi mempunyai tanda-tanda seperti di bawah ini:

1. Kehilangan rasa percaya diri.

2. Sensitif.

3. Merasa diri tidak berguna.

4. Perasaan bersalah.

5. Perasaan terbebani.

 

Masalah depresi sendiri biasanya berawal dari diri sendiri pada akhirnya memengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Karena lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasa nya

berkisar pada masalah interaksi dengan lingkungan dan rekan kerja. Masalah ini tidak hanya berbentuk koflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.

 

Jenis-jenis depresi pun sesungguhnya dapat dikaji lebih medalam dengan keilmuan yang lebih luas. Hal ini lebih baik melibatkan ahli dalam penentuannya. Dengan mengetahui jelas, dapat dicari penyembuhan yang sesuai. Satu yang penting adalah kesadaran kita mengenai stress maupun depresi yang kemungkinan melanda diri. Ketika sudah memiliki kesadaran, akan lebih mudah menolong diri baik oleh diri sendiri maupun bantuan ahli.

 

Wanita bahkan dengan khususnya memiliki depresinya sendiri. Berpengaruh dari banyak faktor yang meliputinya. Hal ini menjadikan perempuan rentan depresi. Sebut saja beberapa kejadian yang hanya dialami wanita yang berpotensi menyebabkan depresi seperti persalinan, menopause dan lain sebagainya.

 

Menurut data yang dihimpun oleh World Bank menyebutkan bahwa prevalensi terjadinya depresi pada wanita terjadi sekitar 30%, dan pria lebih rendah dengan hanya 12,6% (Desjarlais, 1995). Radloff dan Rae (1979) berpendapat bahwa adanya perbedaan tingkat depresi pada pria dan wanita lebih ditentukan oleh faktor biologis dan lingkungan.

 

Lebih banyaknya jumlah wanita tercatat mengalami depresi bisa juga disebabkan oleh pola komunikasinya. Menurut Pease & Pease (2001), pola komunikasi wanita berbeda dengan pria. Jika seorang wanita mendapat masalah, maka wanita tersebut ingin mengomunikasikannya dengan orang lain dan memerlukan dukungan/bantuan orang lain, sedangkan pada pria cenderung untuk memikirkan masalahnya sendirian hingga mendapat jawaban atas masalahnya, pria juga jarang menunjukkan emosinya sehingga kasus depresi ringan dan sedang pada pria jarang diketahui.

 

Berikut adalah beberapa resiko yang ditimbulkan dari depresi, antara lain:

  •       Bunuh Diri
  •          Gangguan Tidur: Insomnia dan Hypersomnia
  •       Gangguan dalam Hubungan
  •      Gangguan dalam Perkerjaan
  •      Gangguan Pola Makan
  •       Perilaku-perilaku Merusak


 

Lalu apakah cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi depresi?  Pada depresi ringan dan sedang, penderita tidak perlu mendapat perawatan medis. Selain itu, depresi ringan dan sedang dapat ditangani sendiri dengan berbagai alternatif penanganan dan pencegahan depresi, misalnya, berolahraga, diet (mengatur pola makan), terapi spiritual dengan cara berdoa.

 

Berbeda pada kasus depresi berat, perlu diberikan perawatan medis dengan bimbingan dan pengawasan dari para ahli, seperti: diberikan obat antidepresan, CBT (Cogniive Behavior Therapy), terapi Interpersonal, terapi  meningkatkan rasa percaya diri, konseling untuk mengurangi stress sehingga dapat berkomunikasi lebih baik.

 

Konseling kelompok dan dukungan sosial dari pihak terdekat sangatlah dibutuhkan penderita ini. Karena semakin dalam depresi yang dirasakan akam mengganggu ritme pola hidup. Karena penderitanya akan mengalami berbagai kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.

 



Saya merasa bersyukur bisa menemukan buku ini dan membacanya. Karena Reading Challenge ODOP-lah saya membaca dan mendapat ilmu mengenai hal ini. Sebagai wanita yang ternyata memang lebih rentan terkena depresi, minimal menjadi tahu gejala apa saja apabila kita terindikasi menuju depresi. Buku berjudul Depresi: Tinjauan Psikologis Buah karya  DR. Namora Lumongga, M.Sc amat sangat memberikan informasi menyeluruh. 


Buku ini dapat menjadi panduan bagi psikolog dan psikiater, tetapi juga bagi masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai depresi. Membaca buku ini membuka wawasan saya mengenai depresi. Semoga  kesimpulan yang saya tuangkan di laman ini dapat memberi manfaat. Aamiin Allahuma Aamiin.


#RCO9

#OneDayOnePost

#ReadingChallengeODOP9

DEPRESI: penyebab, gejala, resiko dan penanganannya

  Pernah mendengar kata depresi? Saya yakin kata ini sudah sangat populer bahkan sebagian meyakini sudah pernah merasakannya. Hal ini memang...